Oleh: M.Ihsan Dacholfany
(Penulis Buku Pendidikan Karaker ala Pondok Pesantren Gontor)
Dalam usianya yang ke 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor,
Ponorogo, terus melakukan serangkaian kegiatan dengan tetap mempertahan
nilai-nilai yang terkandung dalam Panca Jiwa dan Motto Pondok dengan
mulai digelar syujud Syukur Masjid Istiqlal untuk menyosialisasikan
agenda yang akan digelar pada September 2016 .
Dengan agenda “Sujud Syukur Menyambut 90 Tahun Gontor” di Masjid
Istiqlal Jakarta, masjid terbesar se-Asia Tenggara, pada besok hari 28
Mei 2016 nanti. Akan hadir sekitar 15 ribu Keluarga Besar Gontor yang
juga dihadiri oleh Pimpinan Pondok Modern Gontor dan juga akan dihadiri
oleh Bapak Wakil Presiden, Muhammad Yusuf Kalla, dan alumni Pondok
Modern Darussalam Gontor di antaranya: Lukman Hakim Syaifuddin (Menteri
Agama), Hidayat Nur Wahid (Wakil Ketua MPR), Hasyim Muzadi
(Wantimpres), Din Syamsuddin (mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah), dan AM
Fachir (Wamenlu RI).
Dan akan dihadiri oleh tiga menteri Kabinet Kerja pemerintahan Joko
Widodo - Jusuf Kalla. Menteri Pendidikan, Anies Baswedan dan Menteri
Pertanian, Amran Sulaiman dan Ketua MPR, Zulkifli Hasan dan tamu
undangan.
Sujud Syukur menyambut 90 Tahun Gontor akan dipimpin langsung Pimpinan
Pondok Modern Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, yang juga akan
menyampaikan tausiyah di depan Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam
Gontor dengan selalu mengingat akan Panca Jiwa dan Motto Pondok
Modern Darussalam Gontoryaitu: Seluruh kehidupan di Pondok
Modern Darussalam Gontor didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh
suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa. Panca Jiwa
adalah lima nilai yang mendasari kehidupan Pondok Modern Gontor:
1. Jiwa Keikhlasan: Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat
sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata
untuk ibadah, lillah. Kyai ikhlas medidik dan para pembantu kyai ikhlas
dalam membantu menjalankan proses pendidikan serta para santri yang
ikhlas dididik.Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang
harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh
hormat. Jiwa ini menjadikan santri senantiasa siap berjuang di jalan
Allah, di manapun dan kapanpun.
2. Jiwa kesederhanaan: Kehidupan di pondok diliputi oleh suasana
kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga
berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat
nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam
menghadapi perjuangan hidup.Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa
besar, berani maju dan pantang mundur dalam segala keadaan. Bahkan di
sinilah hidup dan tumbuhnya mental dan karakter yang kuat, yang menjadi
syarat bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan.
3. Jiwa Berdikari; Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri
merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya.
Berdikari tidak saja berarti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih
mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu
sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus sanggup berdikari sehingga
tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas
kasihan pihak lain .Inilah sama-sama memberikan iuran dan sama-sama
memakai). Dalam pada itu, Pondok tidaklah bersifat kaku, sehingga
menolak orang-orang yang hendak membantu. Semua pekerjaan yang ada di
dalam pondok dikerjakan oleh kyai dan para santrinya sendiri, tidak ada
pegawai di dalam pondok .
4. Jiwa Ukhuwwah Islamiah: Kehidupan di pondok pesantren diliputi
suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan
bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat
memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di
Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam
masyarakat setelah mereka terjun di masyarakat.
5. Jiwa Bebas: Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan
masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari
berbagai pengaruh negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan
menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala
kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ditemukan
unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalahgunakan,
sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan tujuan
atau prinsip. Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau
dipengaruhi), berpegang teguh kepada tradisi yang dianggapnya sendiri
telah pernah menguntungkan pada zamannya, sehingga tidak hendak menoleh
ke zaman yang telah berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi bebas karena
mengikatkan diri pada yang diketahui saja. Maka kebebasan ini harus
dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam garis-garis yang positif,
dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu
sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat. Jiwa yang meliputi suasana
kehidupan Pondok Pesantren itulah yang dibawa oleh santri sebagai bekal
utama di dalam kehidupannya di masyarakat. Jiwa ini juga harus
dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor menekankan pada pembentukan
pribadi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Kriteria atau sifat-sifat
utama ini merupakan motto pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar