MENIGKATKAN KUALITAS GURU DENGAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS [1]
M. Ihsan Dacholfany[2]
1. Pengertian Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian
Tindakan Kelas dalam bahasa Inggrisnya Clasroom action research mulai
berkembang sejak perang dunia ke dua, saat ini PTK sedang berkembang dengan
pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada.
Para
ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar
terhadap PTK. Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya
yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action
research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by
participants in a social (including education) situation in order to improve
the rationality and of (a) their own social or educational practices justice
(b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which
practices are carried out.
Secara
singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
Untuk
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut PTK melaksanakan proses pengkajian berdaur (cyclical)
yang terdiri 4 tahapan sebagai berikut:
Keempat fase dari suatu siklus
dalam sebuah PTK bisa digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti sebagai
berikut:
Plan Reflektif Action/Observation Reflective Action/Observation Reflective Action/Observation
Sesuai
dengan hakekat yang dicerminkan oleh namanya yaitu action research spiral, penelitian
tindakan kelas dapat dimulai darimana saja dari keempat fase yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflection).
II. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa Karakteristik penelitian
tindakan kelas antara lain:
(a)
A inquiry
on practice from within
Karakteristik
pertama dari PTK adalah bahwa kegiatannya dipicu oleh permasalahan praktis yang
dihayati guru dalam pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu PTK bersifat practice
driven dan Action driven, dalam arti PTK berujuan memperbaiki secara
praktis, langsung – disini, sekarang atau sering disebut dengan penelitian
praktis (practical inquiry). Hal ini berarti PTK memusatkan perhatian
pada permasalahan spesifik konstekstual.
Peran pengajar LPTK
pada tahap awal adalah menjadi sounding board (pemantul gagasan) bagi
guru yang menghadapi permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari.
(b) a
collaborative effort between school teachers and teacher educators.
Karena pengajar LPTK
tidak memiliki akses langsung, maka PTK diselenggarakan secara colaboratif
dengan guru yang kelasnya menjadi kancah PTK. Karena yang memiliki kancah
adalah guru sehingga para pengajar LPTK
yang berminat melakukan PTK tidak memiliki akses kepada kancah dalam peran
sebagai praktisi. Oleh sebab itu ciri kolaboratif harus secara konsisten
tertampilkan sebagai kerja sama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan
penyelenggaraan PTK, mulai dari identifikasi permasalahan, serta diagnosis
keadaan, perancangan tindakan perbaikan, sampai dengan pengumpulan dan analisis
data serta reflektisi mengenai temuan di samping dalam penyusunan laporan.
(c) reflective practice made public.
Keterlibatan
pengajar LPTK dalam PTK bukanlah sebagai ahli pendidikan yang tengah
mengemban fungsi sebagai pembina guru sekolah menengah atau sebagai pengembang
pendidikan (missionary approach), melainkan sebagai sejawat, di
samping sebagai pendidik calon guru yang seyogyanya memiliki kebutuhan untuk
belajar dalam rangka mengakrabi lapangan demi peningkatan mutu kinerjanya
sendiri.
Dalam
hubungan ini guru yang berkolaborasi dalam PTK harus mengemban peran ganda
sebagai praktisi yang dalam pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya juga
sekaligus secara sistematis meneliti praksisnya sendiri.
Apabila ini terlaksana dengan baik maka akan
terbina kultur meneliti dikalangan guru, dan merupakan suatu langkah strategis
dalam profisionalisme jabatan guru.
Hal
ini etika profesi dalam bentuk penyedia
jasa borongan utuk membuatkan daftar angka kredit dalam proses kenaikan pangkat
fungsional guru yang menggejala akhir-akhir ini dapat diakhiri.
III. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Prosedur penelitian tindakan kelas merupakan
proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran,
menurut Raka Joni (1988) terdapat lima tahapan yaitu:
- Pengembangan fokus masalah penelitian
- Perencanaan tindakan perbaikan
- Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi
- Analisis dan refleksi
Perencanaan
tindak lanjut (lihat gambar 1 dan 2).
Secara lebih
rinci, prosedur pelaksanaan LPTK dapat digambarkan sebagai berikut:
Dalam
pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang
dirasakan kurang pas / mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan
pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan
atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi sesuatu program sekolah.
Bertolak
dari kesadaran mengenai adanya permasalahan tersebut, yang besar kemungkian
masih tergambarkan secara kabur, guru – baik sendiri maupun dalam kolaborasi
dengan dosen LPTK yang menjadi mitranya kemudian menetapkan fokus permasalahan
secara lebih tajam kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan
secara lebih sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan.
Pada
gilirannya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat dilakukan
diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara lebih cermat,
sehingga terbuka peluang untuk menjajagi alternatif-alternatif tindakan
perbaikan yang diperlukan. Alternatif mengatasi permasalahan yang dinilai
terbaik, kemudian diterjemahkan menjadi program tindakan perbaikan yang akan
dicobakan. Hasil percobaan tindakan perbaikan yang dinilai dan direfleksikan
dengan mengacu kepada kreteria-kreteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah
ditetapkan sebelumnya.
1. Penetapan Fokus/Masalah Penelitian,
yang meliputi:
a. Merasakan adanya masalah
b. Identifikasi Masalah PTK
c. Analisis Masalah
d. Perumusan masalah
2. Perencanaan Tindakan, yang meliputi:
a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis
tindakan
b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
c. Persiapan Tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan dan
Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan Tindakan
b. Observasi dan Interpretasi
c. Diskusi balikan (review discussion)
4. Analisis dan Refleksi
a. Analisis Data
b.
Refleksi
5. Perencanaan Tindak lanjut
a. Prosedur Observasi
b. Beberapa Tindakan
IV. FORMAT USULAN PTK
1. JUDUL
Judul PTK hendaknya menyatakan dengan
akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti
sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi Judul hendaknya singkat, jelas, dan
sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan sosok
penelitian formal.
2. LATAR BELAKANG
Dalam latar belakang permasalahan
hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan melalui PTK.
Untuk itu harus ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari
pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil
penelitian terdahulu, apabila ada, akan lebih baik mengokohkan argumentasi
mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK
yang diusulkan. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal
hendaknya tercermin dalam uraian bagian ini.
3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk
ditangani melalui PTK dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah
hendaknya benar-benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang
layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya, permasalahan yang secara
teknis-metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada
hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis
masalah diikuti refleksi awal sehingga permasalahan yang perlu ditangani itu
nampak menjadi lebih jelas. Dengan kata lain, bagian ino dikunci dengan
perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini, sosok PTK harus secara konsisten
tertampilkan.
4. CARA PENYELESAIAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang
diajukan untuk penyelesaian masalah yang dihadapi. Alternatif penyelesaian yang
diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak
hasil analisis masalah. Di samping itu, harus terbayangkan kemungkinan
kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan/atau peningkatan
implementasi pembelajaran/atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati bahwa artikulasi
kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
5.
TUJUAN PENELITIAN DAN PEMANFAATAN PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara
jelas. Paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan
harus konsisiten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam
baian-bagian sebelumnya. Dengan sendirinya artikulasi tujuan PTK berbeda dari
tujuan formal. Pencapaian tujuan hendakya dapat diverifikasikan secara
obyektif, sedapat mungkin bisa dikwantifikasikan. Di samping tujuan PTK, juga
perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu
dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang dijanjikan, khususnya
bagi peserta didik sebagai pewaris langsung hasil PTK, di samping bagi guru
pelaksana PTK, rekan guru lainnya serta bagi pengajar LPTK.
6. KERAGKA TEORI DAN HIPOTESIS
TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan
substantif dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti
dalam menentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan. Untuk
keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian terhadap baik pengalaman
peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku PTK lain. Argumentasi
logik dan teoritik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Atas dasar kerangka
konseptual yang disusun itu hipotesis tindakan dirumuskan.
7.
RENCANA PENELITIAN
- Setting Penelitian dan karakteristik Subyek Penelitian
Pada
bagian ini disebutkan dimana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan
bagamana karakteristik kelas tersebut. Misalnya komposisi pria wanita, latar
belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat
kemampuan dsb. Aspek substantif permasalahan seperti Matematika SMP, Bahasa
Inggris SMA.
- Variabel yang diselidiki
Pada
bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1)
variabel input yang terkait dengan peserta didik, guru, bahan ajar, prosedur
evaluasi, lingkungan belajar dsb. (2) variabel proses penyelenggaraan
pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, keterampilan bertanya guru, cara
belajar peserta didik, implementasi berbagai metode pembelajaran dikelas dsb.
(3) variabel output, seperti rasa keingintahuan peserta didik, kemampuan
peserta didik mengaplikasikan pengetahuan, motivasi belajar peserta didik dsb.
c. Rencana
Tindakan
Pada bagian ini digambarkan
rencana tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seperti:
(1) Perencanaan, yaitu persiapan yang
dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti, penetapan entry
behavior, pelancaran tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah, pembuatan
skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan
lain-lain yang terkait degan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Di samping itu juga diuraikan alternatif-aternatif
solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
(2) Implementasi Tindakan, yaitu
deskripsi tindakan yang akan digelar, skenario kerja perbaikan dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.
(3) Observasi dan Interpretasi, yaitu
uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan
produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
(4) Analisis dan Refleksi, yaitu
uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar,
personil yang akan dilibatkan, serta kreteria dan rencana bagi tindakan daur
berikutnya.
d. Data dan Cara Pengumpulannya
Pada
bagian ini ditunjkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang
berkenaan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang digelar, yang akan
digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurang berhasilan
tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat
kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di sampig itu teknik
pengumpuan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti
melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas
dikelas, penggambaran interaksi dalam kelas, pengukuran hasil belajar dengan
berbagai prosedur pengukuran, dan sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur
pengumpulan data PTK, para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan
semata-mata sebagai sumber data. Akhirnya, semua teknologi pengumpulan data
yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK
yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja menyajikan mutu rekaman yang jauh
lebih baik , penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja
terganjal keras pada tahap tayang uang dalam rangka analisis dan interpretasi
data.
e. Indikator Kinerja
Pada
bagian ini tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara
eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindakan perbaikan melalui
PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep peserta didik misalnya perlu
ditetapkan kreteria keberhasilan.
f. Tim Peneliti dan Tugasnya
Dalam bagian ini hendaknya dicantumkan nama-nama anggota peneliti dan
uraian tugasnya/peran setiap aggota tim peneliti, serta jam kerja yang
dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
8.
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun dalam metriks yang menggambarkan urutan
kegiatan dari awal sampai akhir.
9.
RENCANA ANGGARAN
Anggaran disesuaikan dengan tempat, waktu,
jumlah peneliti dan lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arends, Richard. 19997. Classroom Instruction and
Management. Toronto. McGrew-Hill.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, Proyek
Pengembangan Guru Sekolah Menengah. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action research). IBRD OAN No 3979 – IND
Hopkins, David.
1992. A Teacher’s Guide to Classroom Research. 2
[2]
Penulis adalah Ketua Program Studi Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro Lampung, dan dosen STAIN Metro , email : mihsandacholfany@yahoo.com, hp/WA. 081213022488.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar