¨
Dr. M. Ihsan Dacholfany , M.Ed
¨
Wakil Ketua STAI Bani
Saleh
¨
Dosen Univ.Muhammadiyah Metro dan STAIN Jurai Siwo
¨
0812-13022-488
¨
mihsandacholfany@yahoo.com
ABSTRAK
Pernah ada perdebatan sengit antara orang tua,
guru TK dan Guru SD, tentang Persyarakatan kompetensi anak yang bisa tulis baca
sebelum masuk SD. Beberapa sekolah SD
hanya menerima calon siswa yang bisa tulis baca, sehingga para orang tua siswa
mengajukan protes pada guru TK dimana anaknya belajar, kenapa tidak mengajari
anaknya tulis baca. Hal ini sebenarnya tidak harus terjadi jika semua pihak
memahami Psykologi Perkembangan Anak.
Pada usia emas anak, otaknya masih berkembang cepat. Simpul syaraf di
otaknya berkembang terus dengan cepat, menuju kondisi maksimal pada usia 9-10
tahun. Guru dan orang tua yang bijak, akan berusaha mengembangkan semua jenis
kecerdasan anak dengan merangsang seluruh panca indra dan semua jenis
kecerdasan anak, agar simpul syarafnya berkembang maksimal. Jika pada usia anak
tersebut sudah dipaksa untuk belajar tulis dan baca, anak dikuatirkan akan
merasa terbebani, dan proses perkembangan simpul syaraf akan terganggu. Jadi
bukan tulis bacanya yang menjadi masalah, tetapi rasa TERBEBANI-nya yang
menjadi masalah, karena perkembangan simpul syaraf akan terganggu. Hal inilah
yang menjadi topik bahasan utama dalam artikel ini, agar guru dan para orang
tua memahami tugas dan fungsi perkembangan anak, sesuai dengan usianya. Jika
tidak, maka akan menghasilkan proses pendidikan yang salah, yang membunuh
fungsi perkembangan anak.
A. MENGAPA PERLU MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK ?
Dalam upaya mendidik anak atau membimbing anak
kita sebagai orang tua, pendidik atau siapa saja, sangat perlu memahami
perkembangan anak dengan baik, sehingga anak bisa mengembangkan potensinya
seoptimal mungkin. Pemahaman tentang perkembangan anak itu sangat penting
dengan alasan sebagai berikut :
1. Masa anak merupakan periode perkembangan
yang sangat cepat dalam banyak aspek kehidupan.
2. Pengalaman anak dimasa kecil sangat
mempengaruhi perkembangan anak pada masa berikutnya.
3. Pengetahuan tentang perkembangan anak
dapat membantu orang tua atau pendidik untuk mendorong anak mengembangkan
dirinya secara optimal dan memfasilitasi anak dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
4. Pemahaman tentang perkembangan anak dapat
membantu orang tua atau pendidik untuk mengantisipasi hal-hal yang kurang baik
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Contoh pengaruh jelek dari
lingkungan.
.
B. PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH
Untuk mempermudah pemahaman materi bahasan ini,
kita perlu perlu memahami pengertian dari istilah-istilah berikut dalam konteks
perkembangan anak, seperti : fsikologi, perkembangan anak, belajar, sistematik,
progresif, berkesinambungan dan lain-lain.
§ PSIKOLOGI berasa dari kata Bahasa Yunani “Psychology”, yang berasal dari
kata Psico (Jiwa atau roh) dan Logos (Ilmu). Jadi Psikologi adalah Ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. [[1]]
PERKEMBANGAN adalah “Perubahan yang progresif dan kontinyu dalam diri individu
dari mulai lahir sampai meninggal” atau “Perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik yang
menyangkut fisik (jasmani) atau psikis (rohaniah). [[2]]
§ BELAJAR adalah “Modification of
behaviour through experience and training” atau “perubahan tingkahlaku karena
pengalaman dan latihan” [[3]]
§ SISTIMATIK, berarti perubahan dalam perkembangan anak itu
bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian
fisik dan psikis, dan merupakan kesatuan yang harmonis. Seperti kemampuan jalan bagi anak terjadi seiring
dengan semakin kuatnya otot. Perkembangan jiwa anak sesuai dengan perkembangan
fisik anak.
§ PROGRESIF, berarti perubahan bersifat maju, meningkat dan
mendalam baik secara fisik atau psikis. Pengetahuan anak berkembang dari mulai
yang sederhana samapai pengetahuan yang lebih rumit. Perubahan tinggi badan
anak, mulai dari pendek hingga tinggi, dan lain sebagainya.
§ BERKESINABUNGAN, berarti perubahan itu terjadi secara berurutan
terus, tidak loncat-loncat. Contoh untuk bisa berjalan, anak belajar duduk,
merangkak, berdiri dan berjalan, tidak langsung berdiri setelah dilahirkan.
C. PERKEMBANGAN ANAK
C.1. Prinsip-prinsip Perkembangan
- Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti
- Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
- Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu
- Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
- Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
- Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan perkembangan yang baik.
C.2. Fase-Fase Perkembangan
TAHAPAN PERKEMBANGAN
|
JENIS-JENIS PERKEMBANGAN
|
Usia 4 -16 Minggu
|
Bayi dapat menguasai 12 macam otot acula motornya
|
Usia 16 -28 minggu
|
Bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah
kepala dan menggerakkan tangannya. Ia mulai dapat meraih benda-benda.
|
Usia 28 – 40 minggu
|
Ia dapat menguasai badan dan tangannya. Ia mulai
dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan benda-benda.
|
Tahun Ke dua
|
Anak sudah pandai berjalan dan berlari, dapat
menggunakan kata-kata dan mengenali identitas dirinya (seperti namanya).
|
Tahun ke tiga
|
Anak dapat berbicara dalam kalimat dan
menggunakan kata-kata sebagai alat berpikir.
|
Tahun Keempat
|
Anak mulai banyak bertanya dan dapat berdiri
sendiri.
|
Tahun kelima
|
Anak telah matang dalam menguasai gerak-gerik
motoris. Ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, lebih suka
bermain dan berkawan.
|
Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut
Piaget
PERIODE
|
USIA
|
DESKRIPSI PERKEMBANGAN
|
Sensorimotor
|
0-2 minggu
|
Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik,
baik dengan orang lain atau objeck (benda). Skema-skemanya mulai terbentuk
refleks-refleks sederhana, seperti : menggenggam atau mengisap .
|
Praoprasioanl
|
2-6 tahun
|
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk
mempresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol tersebut
seperti : kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek , peristiwa
dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).
|
Oprasi Kongkrit
|
6-11 Tahun
|
Anak sudah dapat membentuk oprasi-oprasi mental atas
pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengubah atau
mengurangi. Oprasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara
logis.
|
Oprasi Formal
|
11 Tahun
|
Periode ini merupakan oprasi mental tingkat
tinggi. Di sini anak sudah dapat berhubungan dengan dengan
peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek
kongkrit. Anak sudah mulai bisa memecahkan masalah analisa dan pengujian
semua alternatif yang ada.
|
D. BELAJAR ANAK
Agar kita memahami cara belajar anak dengan baik, kita harus memahami
karateristik anak usia dini [[4]],
yaitu :
KARATERISTIK ANAK
|
SIFAT DAN TINGKAH LAKU ANAK
|
APA YG HARUS DILAKUKAN OLEH
PENDIDIK, AGAR ANAK BELAJAR DENGAN BAIK
|
1.
Anak bersifat unik
|
Setiap anak punya sifat dan kemampuan yang
berbeda dari anak lainnya.
|
Guru dan pendidik harus menyiapkan berbagai
cara, methode dan media untuk belajar anak.
|
2.
Anak bersifat egosentris
|
Anak sering mementingkan diri sendiri, ia tidak
jarang berebut sesuatu dengan saudaranya, tanpa mau mengantri.
|
Orang tua dan guru, harus sabar, penuh kasih
sayang dan menjelaskan kenapa harus mau berbagi, atau kenapa hal tertentu
tidak bisa dicapai.
|
3.
Anak bersifat aktif dan energik
|
Anak senang sekali melakukan aktivitas selama
terjaga dari tidurnya, seolah tidak pernah cape.
|
Sebaiknya guru dan orang tua sabar membimbing anak yang super aktif
tersebut, jangan dimarahi atau dibunuh sifat aktifnya tersebut.
|
KARATERISTIK ANAK
|
SIFAT DAN TINGKAH LAKU ANAK
|
APA YG HARUS DILAKUKAN OLEH
PENDIDIK, AGAR ANAK BELAJAR DENGAN BAIK
|
4.
Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
terhadap banyak hal
|
Karena rasa ingin tahunya, anak cendrung
memperhatikan, membicarakan dan mempertanyakan hal-hal baru.
|
Orang tua dan guru sebaiknya menjadi teman
berdiskusi bagi anak selama proses mencari tahu hal baru tersebut.
|
5.
Anak bersifat ekploratif dan berjiwa petualang
|
Umumnya anak lebih suka menjelajah dan mencoba
hal-hal baru.
|
Kita harus membimbing dan menjelaskan pada anak
pada saat ia mencoba hal-hal baru, agar terhindar dari hal yang membahayakan
dirinya.
|
6.
Anak mengekpresikan perilaku secara spontan
|
Anak akan marah dan sedih jika ada yang membuat
ia jengkel. Ia akan mengatakan sesuatu secara sepontan apa yang ada
dipikirannya.
|
Jangan dimarahi dan ditakut-takuti jika ia
berkata apa adanya. Apalagi jika ia mengutarakan celoteh yang sebelumnya
tidak kita pikirkan.
|
7.
Anak senang dan kaya akan pantasi serta hayalan
|
Ia senang mendengar cerita-cerita yang disampaikan
orang dewasa, atau ia sendiri suka berimajinasi.
|
Ini bisa dijadikan media oleh orang tua untuk
bercerita tentang sesuatu yang sifatnya mendidik. Contoh dongen tentang
pahlawan atau kisah rosul atau kisah anak durhaka dan lain-lain.
|
8.
Anak masih mudah frustasi
|
Anak lazimnya mudah frustasi dan kecewa jika
tidak mencapai sesuatu yang diinginkannya.
|
Guru dan orang tua dengan sabar memberikan
motivasi pada anak untuk mencapai hal yang diinginkannya, kecuali jika hal
tersebut merugakan atau membahayakan dirinya.
|
9.
Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu
|
Anak lazimnya
belum memiliki rasa pertimbangan yang matang, termasuk hal yang membahayakan
dirinya.
|
Anak jangan dimarahi atau takuti, sehingga rasa
ingin tahunya hilang. Sebaiknya dibimbing dengan sabar, sehingga lambat laun
anak memahami resiko dari suatu tindakan tersebut.
|
10.
Anak memiliki daya perhatian yang pendek
|
Ia jarang
memperhatikan suatu benda dalam jangka waktu yang lama, sebentar ia akan
bosan, kecuali pada benda atau sesuatu yang ia senangi.
|
Jangan terlalu berharap anak akan lama
memperhatikan sesuatu benda, apa lagi leawat menonton, yang lebih baik ajak
anak terlibat secara praktek.
|
11.
Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari
pengalaman
|
Anak senang melakukan aktivitas yang menyebabkan
terjadinya
perubahan tingkahlaku pada dirinya. Ia senang senang mencari tahu tentang
berbagai hal, memprkatekan berbagai kemampuan dan keterampilan baru. Ia lebih
senang belajar dari pengalaman melalui interaksi dengan orang lain dan benda
daripada dari simbol dan kata-kata.
|
Beri kesempatan anak untuk berinteraksi dengan
alam dan lingkungannya sebanyak mungkin. Ia akan lebih senang belajar dari
alam, lingkungan dan hubungan langsung dengan teman-temannya daripada belajar
dari kata-kata guru dan orang tuanya.
|
KARATERISTIK ANAK
|
SIFAT DAN TINGKAH LAKU ANAK
|
APA YG HARUS DILAKUKAN OLEH
PENDIDIK, AGAR ANAK BELAJAR DENGAN BAIK
|
12.
Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman
|
Anak mulai berminat berkomunikasi dengan teman
lainnya. Ia mulai menunjukan kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan
dengan teman-temannya. Ia memiliki pembendaharaan yang cukup untuk
berkomunikasi dengan orang lainnya.
|
Guru atau pendidik harus merancang dan
menyusun kegiatan belajar yang
mengkondisikan anak untuk belajar bersama, saling membantu, tongo-menolong
sehingga anak belajar untuk memupuk sikap kebersamaan.
|
Teori belajar bagi anak, berakar dari asumsi bahwa
tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian dan prinsip-prinsip belajar.
Di sini dapat dibedakan antara tingkah laku yang dapat dipelajari dan tingkah
laku yang temporer atau tidak dapat diamati atau hanya merupakan proses
biologis. B.F Skiner membedakan belajar
anatara ’Respondent behaviour” dan ”Operant Behaviour” :
Respondent Behaviour, merupakan respon yang didasarkan kepada
refleks yang dikontrol oleh stimulus. Respons ini terjadi ketika ada stimulus,
seperti bersin, marah dan sedih.
”Operant Behaviour”, adalah tingkahlaku yang dikontrol dengan
dampak dan konsekuensinya. Contoh : tingkah laku yang menyenangkan cenderung
akan diulang kembali, dan sebaliknyan tingkahlaku yang tidak menyenangkan
cenderung ditinggalkan dan tidak diulangi.
Ada empat cara pengkondisian dalam
kegiatan belajar :
1. Habituasi [[5]]
4. Discriminating Learning dari Maslow (2954)
dan Regers (1974), dan Combs (1974)[[8]]
Bandura meyakini bahwa belajar melalui proses
pengamatan atau modeling melibatkan empat proses :
1. Attentional, proses dimana anak mulai tertarik pada tingkah
laku si model.
2. Retention, proses dimana anak mulai memasukan informasi
tentang model (penampilan fisik, mental dan tingkahlaku model) ke dalam memori
atau ingatannya.
3. Production, proses dimana anak mulai mengidentifikasi dan
mempraktekan tingkahlaku si model.
4. Motivation, proses pemilihan tingkah lau yang diimitasi oleh
anak.
Dalam upaya mengembangkan tingkah laku anak yang
mulia, dalam proses belajar anak, ada be berapa hal yang perlu
diperhatikan (Imam Al Ghazali, dalam
Psikologi Perkembangan Anak, Syamsu Yusuf):
1. Menjauhkan anak dari pergaulan yang tidak
baik
2. Membiasakan anak untuk berlaku sopan
3. Memberikan pujian kepada anak yang
melakukan amal saleh, misalkan bersembahyang dan menegur anak yang melakukan
kezaliman atau prilaku yang tidak sopan.
4. Membiasakan anak menggunakan pakaian putih
(bagus), bersih dan rapi.
5. Mencegah anak untuk tidur siang.
6. Menganjurkan anak selalu berolahraga.
7. Menanamkan sikap sederhana
8. Mengizinkan bermain setelah belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Pemilihan dan
Pengembaangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini,
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2010)
Anonim, Modul
Pelatihan Pengelola dan Tenaga Pendidik (Kelompok Bermain), (Jakarta :
Depdiknas Dirjen PLS dan Pemuda Direktorat PAUD, 2002).
Arifin, Didit Faozul, Skripsi
: Pemanfaatan Mainan dalam Pengembangan Sosialisasi di Kalangan Anak Usia Dini
dalam Keluarga, FIP-PLS, UPI Bandung, 2003.
Cole, Michael, The Development of Children, (London : Oxford University Press, 2010)
Edward Sallis, Total
Quality Management in Education, (London : Kogan Page Ltd,, 2002).
Goode, Caron B., Optimizing Your Child’s Talen, (Jakarta : 2005).
Oberlander, June R., Slow
and Steady Get Me Ready, (Jakarta : Primamedia
Pustaka, 2005).
Soemiarti
Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : Rineka Cipta,,
2002).
Susyanti, Irma, Skripsi
: Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Mengembangkan Kreativitas
Anak Usia Dini pada Kelompok Bermain Happy Kids (Bandung : FIP-PLS, UPI Bandung, 2006).
Thonthowi, Psikologi Pendidikan,
(Jakarta : Binakasara, 2009).
Warner, Penny, Play &
Learn 160 aktivitas bermain dan Belajar bersama anak (usia 0-3 tahun), Jakarta : Elex Media Komputindo, 2004).
Yusuf, S., Psikologi Perkembangan
Anak (Bandung : Alfa Beta,
2000).
(Syamsu Yusup,
dalam Psikologi Perkembangan, 2000).
[[4] ] Sumber : Buku ”Pemilihan
dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini”, Bahan Ajar Bidang PGTK
UPI. (Bandung : Alfa
Beta, 1995, Hal 32).
[[5]}
Habituasi, adalah proses pembiasaan yang terus menerus. Jika anak sudah
dibiasakan dari kecil melakukan sesuatu, maka kebiasaan itu akan terus dibawa
anak hingga usia dewasa. Oleh karena itu menurut teori ini, anak sejak dini
harus diperkenalkan dan dibiasakan melakukan sesuatu hal yang baik, agar
perilakunya pada usia dewasa selalu baik.
[[6]
] Pavlop pada tahun 1927 mengembangkan sebuah teori belajar yang terkenal
dengan Respondent Conditional. Teori ini menjelaskan bahwa sikap dan perilaku
orang bisa berubah dengan cara merubah kondisi lingkungan. Contoh siswa yang
tidak suka belajar bahasa inggris, bisa berbalik menjadi sangat suka belajar
bahasa inggris, jika lingkungan dan cara belajar dirubah menjadi cara dan
lingkungan yang menyenangkan.
[[7]
] Skinner pada tahun 1938 menggagas
sebuah teori belajar yang terkenal dengan teori belajar Operant Conditonal.
Teori ini menjelaskan bahwa seorang siswa akantermotivasi untuk terus belajar
lebih giat jika ia diberikan reward atau penghargaan. Orang tua yang bijak akan
selalu memberikan penghargaan baik dengan sikap atau kata-kat, atau dalam
bentuk hadiah, agar anaknya lebih giat untuk belajar.
[[8] ] Discriminating Learning Theory,
menjelaskan bahwa proses belajar yang cocok siswa itu berbeda-beda,
sehingga cara mengajar guru juga harus berbeda-beda. Setiap anak punya potensi
yang berbeda, guru wajib memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan
mengembangkan bakat dan potensinya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing anak. Cara yang mudah bagi guru, adalah menyediakan berbagai cara
belajar, sehingga bisa mengakomodir cara belajar semua siswa. Contoh dalam
belajar bahasa inggris, setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda.
Guru yang bijak, akan menyediakan berbagai cara belajar bahawa inggris, agar
semua anak mendapat kesempatan belajar yang cocok untuk dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar