Abstract
Islamic educational institutions are expected
to produce human resources who is faithful and devoted to have insight into the
science and technology. To achieve these expectations,of course Islamic educational institutions
should revitalize the role of educational institutions to be able to play an
optimal role in realizingacademic excellence for
education, for industrial relevance, for contribution for new knowledge, and for empowerment.Recognizing the
importance of the process of improving the quality of human resources,
government, managers of educational institutions, educators and learners strive
to accomplish the purpose, vision and mission through a variety of activities
to build better quality education through the development and improvement of
curriculum and evaluation system, improvement of facilities education,
development and procurement of teaching materials, and training for teachers
and education personnel.
Keywords: Initiation, strategy
management, human resources
PENDAHULUAN
Perkembangan lembaga pendidikan Islam dewasa ini telah menimbulkan
keprihatinan meluas di tengah masyarakat, terlebih dihadapkan pada krisis
multidimensional yang berkepanjangan dan
masyarakat pun mengharapkan kepastian bagaimana bangsa ini akan
menghadapi kompetisi dengan bangsa lain dalam menghadapi globalisasi.
Lembaga pendidikan Islam diharapkan dapat membina dan
menghasilkan sumber daya manusia
Islami sehingga menghasilkan alumni yang bermutu dengan memiliki wawasan ilmu pengetahuan, skill dan teknologi dan punya bekal iman takwa
sehingga dapat menguasai, mengembangkan dan mengaplikasikan dengan
tetap dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan akhlak mulia sesuai dengan norma
aturan agama maupun pemerintah.
Peranan lembaga pendidikan Islam di Indonesia dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi sangatlah penting, pada umumnya lembaga
pendidikan Islam di negara Indonesia
masih mengalami ketertinggalan dibanding negara lain, bahkan terasing
dari keperluan dan realitas sosial, ekonomi, pendidikan, serta budaya masyarakatnya.
Lembaga pendidikan Islam memerlukan
otonomi dan independensi untuk dapat memperbaiki dan memperkuat perannya itu
sebagai salah satu tonggak kemajuan dan perkembangan suatu bangsa.
Untuk melakukan perubahan fundamental agar dapat menghasilkan sumber daya manusia Islami yang
bermutu maka lembaga pendidikan seyogyanya merevitalisasi peran lembaga
pendidikan supaya mampu berperan secara
optimal dalam mewujudkan academic excellence for education, for industrial
relevance, for contribution for new knowledge, dan for empowerment.
Inisiasi Strategi
Manjemen dalam meningkatkan sumber daya manusia perlu direncanakan dan diatur
dengan baik serta sudah merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat
bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang
matang disertai dengan tujuan yang jelas. Sebagaimana firman-Nya :
يُدَبِّرُ
الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ
كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ.
Artinya; Dia (Allah) mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu (as-Sajadah, ayat:
5)
Demikian
juga dalam kajian lembaga
pendidikan, masalah sumber daya manusia yang
menjadi hal yang krusial dalam meningkatkan daya saing lulusan. Mutu tenaga
pendidik dan kependidikan menjadi hal yang utama untuk
meningkatkan daya saing lulusan lembaga pendidikan, jadi tingginya mutu sumber
daya manusia Islami lembaga pendidikan maka akan tinggi juga daya saing di
lembaga pendidikan tersebut karena sumber daya manusia akan menciptakan
lulusan-lulusan yang kompetitif dibandingkan lulusan-lulusan di lembaga
pendidikan lainnya.
Melihat
betapa pentingnya manejemen peningkatan mutu lulusan lembaga pendidikan, agar
dapat dalam mengimplementasikannya
tujuan ideal sebuah lembaga lembaga pendidikan dapat tercapai dan memuaskan
masyarakat, stakeholder dan orang tua. Dengan ini penulis menyimpulkan beberapa permasalahannya:
1. Apa
tantangan yang menjadi faktor penghambat
dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia di lembaga pendidikan di Indonesia ?.
2. Apa
solusi dalam menyelesaikan tantangan dalam proses peningkatan mutu sumber daya
manusia di lembaga pendidikan di
Indonesia ?.
3. Bagaimanakah
Strategi dan Tekhnik manajemen yang dilakukan oleh Lembaga pendidikan
dalam meningkatkan mutu sumber daya
manusia ?.
4. Apakah Faktor yang Mempengaruhi dalam Peningkatan
Mutu sumber daya manusia ?.
KAJIAN TEORI
Inisiasi
Secara istilah, seperti yang
ditulis oleh Henrik Bognan dalam Western Esotericism and Rituals of
Initiation menjelaskan, inisiasi berasal dari bahasa Latin, initiare,
yang berarti “memulai”. Ada juga yang mengartikan bahwa asal
katanya dari inisiate (bahasa
Inggris), yang berarti mengawali, memulai ke sesuatu yang baru[1].
Inisiasi berasal dari kata bahasa Latin,
initium, yang berarti masuk atau permulaan,
secara harafiah
berarti masuk ke dalam[2]. Dapat juga diartikan
bahwa inisiasi adalah permulaan suatu kehidupan baru dalam tatanan hidup baru.
Inisiasi sebenarnya hanyalah istilah berguna dalam pembukaan jiwa. Dapat
dilihat, banyak orang disibukkan oleh begitu banyak jenis hambatan, baik
terlihat maupun tidak, jadi yang disebut inisiasi adalah proses untuk membuka
gerbang kebijaksanaan dan membiarkannya mengalir melalui dunia ini.
Dalam makalah ini penulis
mendiskripsikan bahwa inisiasi strategi
manajemen lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia islami
sehingga mampu berdaya saing dengan negara lain sangatlah menarik untuk dikaji
dan diteliti.
Strategi.
Pada
dasarnya, istilah strategi dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan penyesuaian
untuk mengadakan reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dan khas)
yang dapat dianggap penting, di mana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan
secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar[3]
Menurut
Gaffar memberi pengertian bahwa strategi adalah rencana
yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan
untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna memenangkan kompetisi. Strategi juga
merupakan instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari, tidak hanya
untuk survival dan memenangkan persaingan, namun juga untuk tumbuh dan
berkembang[4].
Sedangkan Syaiful Sagala mengatakan bahwa strategi merupakan rencana yang
komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities
yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi[5].
Martin mengemukakan bahwa strategi
diartikan sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu. Tiga komponen
tersebut berkaitan dengan keunggulan strategi perusahaan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama dari perencanaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Disatukan artinya bahwa strategi
mengikat semua aspek penting dan menyeluruh, artinya bahwa strategi meliputi
semua aspek penting dan terpadu. Strategi diartikan sebagai suatu rencana yang
serasi dan saling berkesesuaian antara satu dengan yang lainnya.[6] Penulis
menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu
cara yang dilakukan dengan teratur dan terprogram untuk mencapai tujuan dan
harapan yang diinginkan.
Pemimpin dan Manajemen.
Miftah Thoha
mengemukakan bahwa suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian dapat
ditentukan oleh kepemimpinan. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keberhasilan
organisasi dalam menjalankan programnya didukung oleh kepemimpinan yang baik
pula, oleh karena itu, kepemimpinan yang baik harus mampu dipahami dan
diterapkan secara baik dalam diri pemimpin[7].
Menurut Imam
dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan
dan Keorganisasian, ada beberapa peran dalam kepemimpinan, yaitu: mempengaruhi
orang lain (karyawan/kelompok), Mengarahkan, memotivasi dan mengkoordinir
tingkah laku orang lain (karyawan) atau kelompok, melakukan kerja sama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan (konsep relasi/relation concept), Sebagai
penggugah semangat dan memberi inspirasi karyawan[8]. Menurut George
R.Terry, fungsi manajmen berfungsi
sebagai planning (perncanaan), organizing, actuating
(menggerakkan). Controlling[9],
sedangkan menurut Lutter Gulick yang di kutip oleh Suharsini Arikunto, fungsi
manajemen adalah planning (perencanaan),
dan organizing (pengorganisasian) serta staffing (kepegawaian), directing (pengelolaan), coordinating (koordinasi), reporting (pelaporan)
serta terakhir adalah budgetting (rencana biaya)[10].
Peningkatan
Mutu
Dalam bidang pendidikan menejemen
peningkatan mutu dapat didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan tehnik yang
menekankan pada peningkatan mutu dengan bertumpu pada lembaga pendidikan untuk
secara terus menerus dan berkesinabungan
meningkatkan kapasitas dan kemampuan lembaganya untuk memenuhi tuntuan
kebutuhan peserta didik dan masyarakat serta
mampu bersaing di tengah-tengah kemajuan globalisasi dengan
mampu bertahan akan memproduk peserta didik berkualitas
dan terpenuhinya kepuasan user atau stake holder. Secara bahasa,
peningkatan mutu terdiri dari dua kata yaitu peningkatan dan mutu. Kata
peningkatan memiliki arti proses, cara, atau perbuatan meningkatkan (usaha,
kegiatan, dan lain-lain)[11]. Sedangkan kata mutu artinya kualitas atau
(ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf/derajat (kepandaian, kecerdasan,
dan sebagainya)[12].
Departemen
tenaga kerja Indonesia mengistilahkan peningkatan mutu sebagai salah
satu prasyarat bagi suatu lembaga pendidikan agar dapat memasuki era
globalisasi yang penuh dengan persaingan. Keberadaan
madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam tidak terkecuali. Menurutnya, yang
lebih penting dalam upaya peningkatan mutu adalah ilmu perilaku manusia (Make
People Before Make Product), karena pada intinya, meningkatkan mutu sama
artinya dengan membangun manusia seutuhnya[13].
Konsep
peningkatan mutu dalam pendidikan dikelola melalui proses manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah (MPMBS) yang merupakan embrio dari manajemen berbasis sekolah
(MBS). Dalam MPMBS, konsep peningkatan mutu sekolah selayaknya diprogram dan
direncanakan serta dilakukan sendiri secara mandiri oleh sekolah berdasarkan
kebutuhan sekolah itu sendiri untuk mencapai keberhasilan.
Peningkatan
mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan (dasar, menengah, dan tinggi),
pada dasarnya dipusatkan pada tiga faktor utama, yaitu:
a.
Kecukupan
sumber-sumber pendidikan untuk menunjang proses pendidikan dalam arti kecukupan
adalah penyediaan jumlah dan mutu guru serta tenaga kependidikan lainnya; buku
teks bagi murid dan perpustakaan; dan sarana serta prasarana belajar.
b.
Mutu
proses pendidikan itu sendiri, maksudnya adalah kurikulum dan pelaksanaan
pengajaran untuk mendorong para siswa belajar lebih efektif.
c.
Mutu
output dari proses pendidikan, dalam arti keterampilan dan pengetahuan
yang telah diperoleh para siswa[14].
Dalam hal mutu lulusan menjadi
permasalahan yang utama menyangkut dengan daya saing lulusan. Mutu lulusan itu
juga boleh jadi dikarenakan mutu tenaga
pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, dan juga kebijakan lembaga
pendidikan tersebut. Hal tersebut yang menjadi penyebab krusial untuk memajukan
dan meningkatkan mutu lulusan di lembaga
pendidikan. Mutu lulusan akan meningkatkan daya saing dari lulusan itu pribadi
dan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Perguruan tinggi pada barisan lembaga
pendidikan-lembaga pendidikan terbaik memerlukan perubahan yang fundamental
sehingga mampu bersaing (better competitive situation). Untuk itu
seyogyanya lembaga pendidikan harus memiliki
strategic intent, different and distince. Untuk mewujudkannya perlu
dilakukan transformasi kelembagaan yang lebih kompleks dari sekedar
pengembangan organisasi (organization development). Lembaga pendidikan
merupakan lembaga, dibangun komunitas akademik yang bersifat kolegial, dan
menjunjung tinggi academic value untuk mencerdaskan bangsa, inilah yang
membedakannya dengan organisasi lain.
Sumber Daya Manusia
Dalam sebuah organisasi, peranan
sumber daya manusia sangat urgent
dan penting. Peran sumber daya manusia ini akan maksimal jika dikelola dengan baik.
Pimpinan
lembaga pendidikan sebagai top leader dalam lembaga sekolah mempunyai peran sentral dalam pengelolaan personalia sehingga sangat
penting bagi pimpinan
lembaga pendidikan untuk memahami dan menerapkan
pengelolaan personalia dengan baik dan benar.
Di Indonesia konsep tujuan
pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya yang tercermin dari iman dan
taqwa, berkepribadian, cerdas, sehat serta bertanggung jawab. Untuk itu, maka
pendidikan dalam prakteknya perlu menerapkan asas-asas yang sesuai.[15]
Pada dasarnya yang dimaksud sumber daya manusia adalah orang-orang yang melaksanakan suatu tugas untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam konteks lembaga pendidikan dibatasi
dengan sebutan karyawan atau pegawai, oleh sebab itu, personel di lembaga
pendidikan meliputi unsur tenaga
pengajar dan tenaga kependidikan .Secara lebih terperinci dapat disebutkan
keseluruhan warga sekolah, yaitu jika ditingkat sekolah ada kepala sekolah,
guru, pegawai, tata usaha, dan pesuruh atau penjaga sekolah, adapun di tingkat
perguruan tinggi ada rektor atau ketua, wakil, ketua jurusan, tata usaha,
karyawan, maka
yang dimaksud dengan Manajemen sumber daya manusia (SDM) adalah teknik atau
prosedur yang berhubungan dengan pengelolaan dan pendayagunaan personalia
sekolah/madrasah (SDM), baik tenaga edukatif maupun tenaga administratif secara
efektif dan efisien banyak tergantung pada kemampuan kepala sekolah/madrasah
baik sebagai manager dan pemimpin pada lembaga pendidikan tersebut[16].
Menurut Soekidjo Notoatmodjo mengatakan bahwa tujuan utama
manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah untuk meningkatkan kontribusi
sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi dalam rangka mencapai
produktivitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami bahwa semua
kegiatan organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya tergantung kepada manusia
yang mengelola organisasi itu,
oleh sebab itu, sumber daya tersebut harus dikelola
sedemikian rupa sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai misi dan
tujuan organisasi[17].
Penulis menyimpulkan bahwa tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia
adalah suatu rencana yang telah diorganisir dalam usaha melaksanakan suatu
aktifitas atau kegiatan yang terkontrol dengan baik dengan cara melakukan
evaluasi sehingga menjadi lebih baik daripada
sebelumnya.
PEMBAHASAN
Faktor
Penghambat Dalam Proses Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Di Lembaga Pendidikan.
Permasalahan yang utama di dalam lembaga pendidikan di Indonesia adalah masih seputar
rendahnya kualitas, relevansi, efisiensi dan produktivitas serta efektivitas.
Penyebabnya adalah ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum
memadai baik secara kuantitas maupun kualitas, dan kesejahteraan pendidik yang
belum memadai.[18]
Di antara yang menjadi faktor penghambatnya dalam
proses peningkatan mutu sumber daya manusia
di lembaga pendidikan antara lain adalah:.
a.
Kepemimpinan
dan Manajemen
Kunci
kesuksesan dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia di lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh pemimpin dan manajerial pemimpin. Jika pemimpin tidak
mampu mengatur dan tidak mempunyai
keahlian dan pengalaman dalam memimpin maka akan mengalami kemunduran
dan tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya.
b. Mutu Tenaga Pendidik
Mutu
Tenaga Pendidik yang menjadi hal utama peningkatan mutu sumber daya
manusia tersebut. Komitmen tenaga
Pendidik dalam mengajar menjadi hal utama untuk tujuan tersebut, mengingat
banyak tenaga pendidik yang tidak komitmen dalam mengajar untuk meningkatkan
dan mengembangkan kualitas pembelajaran.
c. Kurangnya
sarana dan prasarana
Kurangnya sarana dan prasarana
pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja (workshop),
pusat sumber belajar (PSB) dan perlengkapan pembelajaran sangat menghambat
tumbuhnya lembaga pendidikan yang
profesional. Hal ini terutama berkaitan dengan kemampuan pemerintah
untuk melengkapinya yang masih kurang. Di samping itu, walaupun pemerintah
sudah melengkapi buku-buku pedoman dan buku-buku paket namun dalam pemanfaatannya
masih kurang. Beberapa kasus menunjukkan banyak buku-buku paket belum
didayagunakan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran, baik guru maupun
oleh peserta didik yang berdampak pada kesiapan dalam menghadapi ujian.
d. Kompensasi
Kompensasi
dapat diartikan sebagai honor atau gaji yang sesuai atau layak, sebab jika
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tidak diberi penghargaan atau reward
berupa gaji yang sesuai maka kegiatan proses belajar mengajar dan proses
pelayanan pendidikan akan terkendala dan mengalami kesulitan.
e. Peningkatan Mutu
Belum
ada kemauan bagi lembaga pendidikan atau pendidik sendiri bahkan peserta didik untuk berusaha
meningkatkan mutu atau kualitas dari hasil pembelajaran atau pendidikan.
Solusi Dalam Menyelesaikan Tantangan Dalam Proses Peningkatan Mutu
Sumber Daya Manusia Di Lembaga
Pendidikan antara
lain adalah:
a.
Pemimpin
dan Manajemen.
Pemimpin harus belajar dari pengalaman orang lain, paling
tidak bertanya pemimpin sebelumnya atau berusaha untuk membaca buku bagaimana cara
memimpin yang efektif selain itu harus
teliti melihat preferensi orang
yang akan diajak bekerjasama dalam
mewujudkan tujuan, misi dan visi lembaga pendidikan tersebut. Orang yang
memiliki preferensi dan kemampuan
rendah dangan pemberdayaan rendah, maka ia akan bersifat complaint.
Sebaliknya orang yang memiliki preferensi
dan kemampuan tinggi diberdayakan maksimal maka ia akan bersifat adaftive.
b.
Tenaga
Pendidik dan Kependidikan
Tenaga
pendidik dan kependidikan merupakan hal
yang sangat urgent dalam keberlangsungan
kegiatan belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, maka
perlunya tenaga pendidik yang
memiliki komitmen yang tinggi, contoh dalam hal
mengajar, tenaga pendidik harus mempersiapkan bahan ajar dengan menggunakan metode mengajar yang sesuai
dengan materi yang diajarkan, selain itu pendidik memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan dengan tetap
berusaha memiliki wawasan keilmuan yang
luas dan profesionalisme yang tinggi, kreatif, dinamis dan inovatif dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan
memiliki kesadaran tinggi dalam bekerja yang didasari oleh niat
beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi dengan menunjukan
dedikasi dan disiplin tinggi serta mematuhi kode etik profesi serta bersikap
dan perilaku jujur, amanah dan berakhlak mulia, sabar, ikhlas dan akomodatif
dalam pergaulan serta dapat menjadi panutan bagi sesama guru, siswa dan siapa
saja dengan berbuat secara arif dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap
masalah
c.
Kurangnya sarana dan
prasarana
Lembaga
pendidikan masih mengalami kekurangan sarana prasarana seperti
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja (workshop),
pusat sumber belajar (PSB) dan perlengkapan pembelajaran dapat diusahakan dari
bantuan pemerintah, Komite sekolah, kerjasama orangtua dan masyarakat atau
lembaga pendidikan mempunyai badan amal usaha sendiri sehingga dapat memenuhi
sarana prasaran yang masih kurang dan perlu pelatihan tentang penggunaan sarana
prasarana secara baik dan benar.
d.
Ahmad Sanusi menjelaskan perlu adanya memorandum hukum dalam
meningkatkan mutu sumber daya manusia di
lembaga pendidikan. maksudnya memorandum hukum adalah pendapat hukum mengenai
kasus hukum yang konkret yang membuat rekomendasi atau saran yang spesifik yang
dianggap paling tepat.[19]
e.
Belum
tumbuhnya budaya mutu
Mutu
atau kualitas merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan
atau yang tersirat. Mutu dipahami pula sebagai apa yang dipahami atau dikatakan oleh
konsumen. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan
output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan
berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain, sedangkan output pendidikan
merupakan kinerja sekolah, yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses
dan perilaku. Adapun budaya mutu/ kualitas, yang memiliki elemen-elemen sebagai
berikut: Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, kewenangan harus sebatas tanggung jawab, hasil harus
diikuti hadiah dan hukuman, kolaborasi, sinergi
bukan kompetisi penuh melainkan harus merupakan basis kerja sama, tenaga kependidikan harus merasa aman dalam melakukan pekerjaannya; suasana keadilan harus ditanamkan; dan imbas jasa
harus sepadan dengan nilai pekerjaan. Belum tumbuhnya budaya kualitas baik dari
segi input, proses maupun output pendidikan merupakan faktor penghambat tumbuhnya
pimpinan lembaga pendidikan profesional.
Dalam hal ini, sekolah harus selalu menggalakkan peningkatan mutu/kualitas,
yakni kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal[20].
Strategi
Dan Tekhnik Manajemen Yang Dilakukan Oleh Lembaga Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia .
Strategi dan tekhnik
manajemen yang dilakukan oleh Lembaga pendidikan Islam dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia
dengan penyelarasan secara bertahap dari
struktur kelembagaan (program dan sumber daya) dengan perilaku civitas
akademikanya untuk mencapai kinerja yang ditargetkan (performance).
Setiap pengelola, mulai dari
pengurus yayasan, pimpinan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga pendidikan harus
mempunyai komitmen terhadap target mutu, ketepatan waktu, dan efektivitas
program. Lalu adanya pembaharuan proses
kegaiatan belajar mengajar pada
pelayanan dan kepuasan stakeholders serta kemampuan untuk mengaktualisasikan management best practice dalam
pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan.
Adapun Konsekuensi logis dari
usaha peningkatan mutu pendidikan adalah dibutuhkan kemauan untuk meningkatkan mutu secara maksimal dari setiap
komponen sistem pendidikan, mulai dari
sumber daya manusia maupun yang berupa material resources.
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, komponen pendidikan yang berupa sumber daya manusia mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan, visi dan misi yang diinginkan, oleh karena itu, pimpinan
lembaga pendidikan berusaha memberikan
kepedulian dan perhatian yang serius terhadap pengelolaan sumber daya manusia yang terlibat di
dalam lembaga pendidikan tersebut, bukan hanya pendidik dan tenaga kependidikan tetapi juga peserta
didik dan orangtua mahasiswa dan masyarakat sebab hanya dengan kesiapan sumber daya manusia yang akan mampu
membawa lembaga pendidikan tetap survive dan mampu meningkatkan mutu
pendidikan di lembaga pendidikan.
Faktor
Yang Mempengaruhi Dalam Peningkatan Mutu.
Dalam
peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan suatu konsep yang berupaya
melaksanakan sistem manajemen mutu di dunia nasional maupun Internasional,
sehingga diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem suatu organisasi
seperti lembaga pendidikan. Ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan di lembaga Islam
dapat memenuhi mutu atau kualitas yang baik di antaranya
adalah:
a.
Perbaikan
secara
Berkesinambungan
Perbaikan secara kesinambungan
merupakan unsur paling fundamental dalam dalam meningkatkan kualitas manajemen. Perbaikan berkesinambungan akan berhasil dengan baik bila
disertai dengan usaha sumber daya manusia yang tepat, kepercayaan diri, praktis
karena faktor manusia merupakan dimensi terpenting dalam perbaikan kualitas dan
produktivitas.
b.
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan
sebagai suatu proses kegiatan pemberdayaan manusia menjadi SDM yang
berkualitas, harus dilandasi oleh sifat dan sikap yang “arif serta bijaksana”[21],
sedangkan Pelatihan berhubungan secara
spesifik dengan pekerjaan staf administrasi dan tenaga pendidik sehingga
mengetahui apa yang harus dikerjakan dan tata cara aturan yang harus dilakukan
sehingga dapat diaplikasikan dengan segera. Dengan demikian, materi pelatihan
atau workshop harus bersifat praktis. Pelatihan merupakan bagian dari
pendidikan walaupun pendidikan lebih bersifat filosofis dan teoritis, meskipun
demikian pendidikan dan pelatihan atau workshop memiliki tujuan yang sama yakni
pembelajaran.
c.
Kepuasan
Klien
Dalam istilah bisnis, klien adalah
orang yang membeli dan menggunakan produk perusahaan. Sedangkan di sini adalah
siswa, orang tua dan masyarakat atau stake holder. Tujuan bisnis pada
hakekatnya adalah untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Dalam
penerapan Mutu atau kualitas di lembaga pendidikan Islam, kualitas
ditentukan oleh pelanggan yaitu siswa, dan lembaga pendidikan juga harus
berupaya menciptakan kepuasan siswa. Peran dan tanggung jawab divisi dan
manajer harus dilihat dari sudut pandang untuk mencapai kepuasan siswa.
Kepuasan siswa dapat memberikan beberapa manfaat : (1) hubungan antara lembaga
pendidikan dan para siswa menjadi
harmonis; (2) memberikan dasar yang terbaik untuk meningkatkan jumlah siswa
untuk masuk ke lembaga pendidikan; (3) dapat mendorong terciptanya loyalitas
siswa; (4) reputasi lembaga menjadi baik di mata siswa; dan (5) keuntungan dana
yang diperoleh lembaga pendidikan menjadi meningkat.
d.
Obsesi
terhadap Kualitas
Dalam era globalisasi lembaga
pendidikan Islam menghadapi persaingan ketat dengan lembaga pendidikan umum
yang ada di seluruh Indonesia.
Meningkatnya intensitas dan persaingan menyebabkan setiap lembaga pendidikan
harus berusaha meningkatkan kualitas agar kepuasan pelanggan terwujud. Kerangka
dalam kualitas harus didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu: (1) orientasi
pemasaran, lembaga pendidikan harus dapat memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan
dan persyaratan yang ditetapkan stakeholder; dan (2) orientasi internal lembaga
pendidikan, lembaga pendidikan harus dapat menghindari kerugian, pemborosan. Diupayakan adanya maksimalisasi usaha setiap staf,
karyawan, dan guru, penghematan energi sumber daya
manusia dan pengidentifikasian peluang penyelesaian masalah.
e.
Pendekatan
Ilmiah
Melalui manajemen kepemimpinan yang
baik, keputusan yang kadang kala bersifat subjektif bisa diminimumkan. Salah
satu kuncinya sukses dalam meningkatkan
mutu manajemen adalah menggunakan pendekatan ilmiah, dalam
pendekatan ilmiah, pengambilan keputusan didasarkan pada data, mencari sumber
penyebab dan mengupayakan solusi dalam waktu yang singkat.
f. Komitmen
Jangka Panjang
Meningkatkan mutu manajemen merupakan suatu paradigma baru dalam atas berbagai
konteks, baik sebagai latar maupun sebagai realitas kekinian serta berbagai
kecenderungan atau kemungkinan kondisi masa datang yang diperhitungkan melalui
ragam perspektif. Dalam konteks ini, perencanaan tenaga pendidik dan
kependidikan merupakan prediksi mutakhir
untuk menata kinerja yang lebih dapat merealisasikan program-program
pengembangan sumber daya manusia Islami, guna menjawab tuntutan dalam mencerdaskan
generasi bangsa menjadi lebih amanah dan bertanggung jawab.
SIMPULAN
Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang islami,
lembaga pendidikan memegang peran yang
sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu dengan didukung sarana
prasarana, kemauan untuk meningkatkan mutu pendidikan, adanya kompensasi yang
sesuai, serta manajemen dan kepemimpinan lembaga pendidikan tersebut. Menyadari pentingnya proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah, pengelola lembaga pendidikan,
tenaga pendidik dan kependidikan serta peserta didik berupaya mewujudkan tujuan, visi dan misi tersebut melalui berbagai usaha
pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan
dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan lainnya untuk itu lembaga pendidikan seyogyanya merevitalisasi
peran lembaga pendidikan supaya mampu
berperan secara optimal dalam mewujudkan
manajemen sumber daya manusia (MSDM) dengan cara pengembangan, melakukan fungsi
manajemen, perencanaan, pengadaan staf sumber daya manusia dengan memberikan
penilaian prestasi kerja dan kompensasi serta terpenuhinya sarana prasarana
dengan melakukan pelatihan dan
pengembangan serta pembinaan hubungan kerja yang efektif untuk kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan,
dengan harapan prosedur, pengelolaan baik tenaga pendidik mapun tenaga
kependidikan (karyawan) secara efektif
dan efisien sesuai dengan tujuan, visi dan misi lembaga pendidikan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
C.Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan Krisma:
Sejarah dan Sistematika, Jogjakarta:
Kanisiu, 1992.
Depnaker,
Peningkatan Mutu Terpadu, 1986.
Henrik
Bognan, Western Esotericism and Rituals of Initiation,2007.
Mastuki HS. Dkk, Managemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka,
2003.
M.
F. Gaffar, Membangun Kembali Pendidikan
Nasional dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era
Globalisasi, Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V ,
Surabaya, 2004.
Martin Amnillah, Implentasi Perencanaan Strategi Pendidikan Dasar Tahun 2001-2003 Dinas
Pendidikan Kabupaten Temanggung (Studi Kasus di SLTP Islam Nadirejo), Tesis,
(Yogyakarta: PPs. Universitas Negeri Yogyakarta, 2004.
M. Ihsan
Dacholfany, Peranan Pengambilan Keputusan Dalam
Rangka menciptakan inovasi Di bidang pendidikan, Jurnal Dewantara Vol I , No .0 1 Januar i-Juni 2016
Syaiful
Sagala, Manajemen Strategik dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007.
Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989.
Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan
untuk Tahun 2020 Tuntutan Terhadap Kualitas Depdikbud, 1996; Ceramah Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia III Ujung
Pandang, 4-7 Maret 1996.
[5] Syaiful Sagala, Manajemen
Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2007, h.137.
[6]
Martin Amnillah, Implentasi Perencanaan
Strategi Pendidikan Dasar Tahun 2001-2003 Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung: Studi
Kasus di SLTP Islam Nadirejo, Tesis, ,Yogyakarta:
PPs. Universitas Negeri Yogyakarta, 2004.
[9] George
R. Terry: Pengertian
manajemen menurut George R. Terry bahwa dalam bukunya The
Principles of Managemen, 1996. p.13
[11] Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989, h. 951
[15] M. Ihsan
Dacholfany, Peranan Pengambilan Keputusan Dalam
Rangka menciptakan inovasi Di bidang pendidikan, Jurnal Dewantara Vol I , No .0 1 Januar i-Juni 2016, h.25
[20] Yusri Mansjur, Kelemahan dan Tantangan Dalam Peningkatan Kualitas Mutu Sekolah Pendidikan Dasar, diakses tanggal 10 November 2015.
[21]M. Ihsan Dacholfany, Peranan
Pengambilan Keputusan Dalam Rangka menciptakan inovasi Di bidang pendidikan, Jurnal
Dewantara Vol I , No .0 1 Januar i-Juni
2016, h.19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar